Asal-Usul Nama Kota Pontianak

Kota Pontianak merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia. Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa dikarenakan dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota Pontianak, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu juga Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas membelah kota Pontianak, simbolnya diabadikan sebagai lambang Kota Pontianak.
Konon, asal nama Pontianak bermakna Kuntilanak atau hantu perempuan. Saat Syarif Abdurrahman Alkadrie tiba di daratan Pontianak, ia bertemu dengan hantu kuntilanak dan dia berhasil mengusirnya.
Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie merupakan Pendiri dan Sultan pertama Kerajaan Pontianak. Beliau dilahirkan pada tahun 1142 Hijriah (1729/1730 M), putra Al Habib Husin, seorang penyebar ajaran Islam yang berasal dari negeri Arab.
Tiga bulan setelah ayahnya wafat pada tahun 1184 Hijriah di Kerajaan Mempawah, Syarif Abdurrahman bersama saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti. Waktu dzuhur mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong.
Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal dan ia memutuskan melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sembahyang dzuhur itu kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor.
Ketika menyusuri Sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau, yang kini dikenal dengan nama Batu Layang, dimana sekarang di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Di pulau itu mereka mulai mendapat gangguan hantu Pontianak . Syarif Abdurrahman lalu memerintahkan kepada seluruh pengikutnya agar memerangi hantu-hantu itu. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas.
Menjelang subuh 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Setelah delapan hari menebang pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama Pontianak. Di tempat itu kini berdiri Mesjid Jami dan Keraton Kadariah.
Akhirnya pada tanggal 8 bulan Sya’ban 1192 Hijriah, bertepatan dengan hari isnen dengan dihadiri oleh Raja Muda Riau, Raja Mempawah, Landak, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie.
Dibawah kepemimpinannya kerajaan Pontianak berkembang sebagai kota pelabuhan dan perdagangan yang cukup disegani. Hingga saat ini, warga Pontianak selalu memperingati lahirnya kota Pontianak dengan menggelar festival meriam karbit yang diadakan setiap tahunnya pada bulan Ramadhan menjelang Syawal, adalah sebagai peringatan akan peristiwa pengusiran hantu kuntilanak dengan meriam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugu Khatulistiwa Pontianak